Rahasia DiBalik Catatan
Ada yang masih tersimpan rapi
dalam hatiku catatan panjang berisi kenangan tentangmu kukira kan abadi seperti
cahaya mentari.
Tulisan itu kutemukan dalam
selipan sebuah buku kecil berhiasan gambar “ hello kitty “ di jok belkang taksi.
Dari bentuk tulisannya aku menduga, pemiliknya pasti cewek ! Tapi, tak ada nama dan alamatnya, Cuma berisi
catatan pendek . Tanpa tanggal dan sepertinya tak pernah selesai .
Dalam lembar pertama, yang
terbaca Cuma ungkapan sebuah keputusan yang sepertinya sangat berat dilakukan .
aku harus mengakhirinya sebelum luka kian
menganga . Hanya itu, Aku sempat menduga –duga apa maksudnya? Tapi, sungguh
sulit kumengerti. Kesimpulanku, pemilik buku kecil inni pasti dari Fakultas
Sastra ! Lembar kedua cuma berisi satu kata perih
!!!
Tentu saja , aku semakin tertarik
membacanya dan mecoba menganalisa seperti apa sosok penulisnya. Jiwanya pasti
lembut . Rambutnya… pasti panjang tergerai. Hidungnya bengir , ada lesung di
pipinya yang halus. Bola matanya jernih. Senyumnya menyejukan dan …. Aah, aku
jadi asyik mengkhayalkannya.
Konyol rasanya mengkhayal terlalu
jauh begini !Tapi, selalu saja setiap melihat buku kecil itu dan membaca isinya
,aku hanyut dalam khayalan. Terkadang, aku membayangkan rambutnya ikal dipotong
pendek tak sampai sebahu, gampang tersinggung, tapi tak berani berterus terang.
Sebab , pada halaman yang selanjutnya, dia menulis kalimat penuh rasa marah ! harus ada batas, harus ada yang terbalas
mari kita nikmati luka ini bersama agar kau tahu rasa perihnya
Pemilik buku kecil ini pasti
sedang menghadapi masalah. Tapi, apa masalah yang di hadapinya? Soal cowoknya
yang berkhianat? Soal keluarga yang berantakan karena kurang perhatian? Atau
soal … sial ! aku jadi terlibat dalam ungkapan yang ditulisnya dalam buku kecil
itu. Bukan hanya itu, aku pun punya kecemasan yang sukar untuk dijabarkan
dengan kata-kata, ketika membaca lembar selanjutnya. Barangkali Cuma kematian yang bisa menjawab sebab, segalanya sudah
terlambat kau yang memulainya , mungkin itu akan membuatmu bahagia.
Bayangkan ! Dia mulai menyinggung
tentang kematian. Betapa putus asanya.Betapa berat beban yang disandangnya.
Kalau saja aku tahu nama dan alamat pemiliknya, pasti aku akan segera menemui
nya dan membantu menemukan jalan keluar dari persoalan yang di hadapinya. Tapi,
sayang… dia tak meninggalkan gambaran yang jelas tentang dirinya. Bagaimana
mungkin aku bisa menemukannya?
Aku yakin, saat ini dia butuh
seseorang teman bicara dan berdiskusi. Aku juga yakin, aku akan mampu
menghiburnya. Minimal menjadi pendengar yang baik bagi semua keluhannya. Yang
pasti, catatan dibuku kecil tu menimbulkan kegelisahan dalam diriku. Sebab,
semakin kubuka lembaran berikutnya, terasa semakin melibatkan perasaanku. Masih perlukah kata maaf? Masih mungkinkah
aku berharap? Dan aku limbung di persimpangan.
Aku membacanya tak cukup sekali.
Berusaha mencari artinya, tapi sia-sia. Aku ternyata tak pandai mencerna
ungkapan – ungkapan yang mirip puisi itu.
Aku tak pandai dalam hal ini. Aku pun pasti tak bisa menyusun kalimat
seperti yang dia ungkapkan, jadi… betapa istimewanya dia!
Andai aku punya cewe seperti dia,
sungguh akan banyak kutemukan suasana romantic. Melangkah tepi pantai, menanti
datangnya matahari di puncak gunung . menyusuri jalan sambil bergandengan
tangan. Ah ! kenapa aku jadi senang berandai andai pada sosok yang belum pernah
kutemukan? Namun, aku tak bisa melupakan begitu saja kalimat-kalimat yang dia
tuliskan. Banyak yang berkesan dan memaksaku untuk terus membuka halaman –
halaman berikunya akankah aku menemukan
jalan? Akankah aku kembali pulang? Sementara, luka ini masih meninggalkan perih
tak berperi
Aku termangu dengan tangan msih
menggenggam buku kecil itu. Aku butuh
seseorang untuk memecahkan misteri ini. Tapi, siapa yang paling tepat aku ajak
bertukar pikiran? Rasanya tak ada temanku yang gemar menulis puisi. Tapi
.. bukankah Sakti penggemar buku-buku
sastra? Ya, aku ingat sekarang. Sakti orang yang paling tepat untuk kuhubungi.
Tanpa berkir dua kali, aku segera bergegas menuju meja telpon, menghubunginya.
Kebetulan sakti sendiri yang mengangkatnya.
ada apa ini? Tumben telpon malem? Tanya Sakti.
Elo bisa dateng kesini nggak? Sekarang juga! Ada masalah nih! Gue butuh
elo.
Oke oke gue berangkat sekarang
juga.
Gue tunggu ya? Makasih banget.
Tak sabar rasanya menunggu kedatangan Sakti. Sekitar
dua puluh menit kemudian, terdengar suara motor sakti berhenti tepat di depan
rumahku. Aku segera menyambut dan langsung mengajaknya masuk ke kamarku. Sakti
tampak heran. Tapi, aku tak peduli. Aku segera menyodorkan buku kecil itu. Elo baca dulu setelah itu baru kita bicara kataku
sambil menyodorkan buku kecil itu tangannya.
Sakti segera membukanya.
Keningnya tampak berkerut. Aku berbaring mengamati keseriusan sakti ketika
membaca lembar demi lembar tulisan dibuku itu.
Dimana elo nemuin buku ini? Tanya sakti dengan wajah serius . Ditaksi jawabku. Trus, apa yang bikin elo merasa ini begitu penting samapai telpon
segala? Tanya Sakti , gue penasaran
dan sulit ngerti, apa masalah yang dihadapinya? Tanyaku binggung.
Cuma itu? Mata sakti penuh selidik, aku menggangguk. Apa
hubungan nya dengan elo? Kenal juga nggak dengan dia, kok pusing – pusing
mikirin? Tanya Sakti
Gue sendiri heran kenapa perasaan gue jadi terganggu sejak ngebaca
tulisannya Ungkapku. Gue pengen
banget ketemu sama pemiliknya. Apa yang harus gue lakuin supaya bisa ketemu
sama dia? Aku meminta saran Sakti
Alaaa.. gitu aja pusing, bikin aja surat pembaca dikoran, terus bilang
elo nemuin buku ini ditaksi. Siapa kata Sakti ringan. Masuk akal juga.
Kenapa aku tak berpikir sampai kesitu ya? Ide
yang baik sambutku spontan. Thanks
atas saranya
Udah ya? Gue cabut dulu. Ada yang harus gue selesaiin diruma! Sakti
langsung keluar dari kamarku dan langsung pulang. Aku segera menulis surat
pembaca pada lima media sekaligus. Setelah itu, aku baru merasa lega. Tinggal
menunggu tanggapan dari pemilik buku misterius itu. Hamper seminggu, aku
menanti si pemilik buku sejak surat yang kukirim ke media di muat. Tapi , tak
ada tanggapan. Aku jadi rajin duduk diteras menanti datangnya tukang pos atau
seseorang yang aku yakin cewek berambut panjang dengan lesung di pipinya.
Hari ini, seperti biasa sepulang
dari sekolah, aku duduk-duduk di teras, menunggu membosankan memang, tapi aku
tetap penasaran dan yakin dia akan datang. Entah kapan saat aku melonjorkan
kaki, mataku melihat seseorang berdiri di muka pintu pagar. Seseprang cowok
berkulit hitam, rambutnya awut-awutan tak terawatt dengan kaos yang warnanya
memudar. Dia menyapa permisi ….
Mau tak mau, aku menghampirinya .
Cari siapa? Tanyaku dengan tatapan menyelidik. Dia memakai anting di telinga kirinya, memakai
kalung rantai panjang dan ada tato di tanganya. Saya ingin bertemu dengan indraa…. Katanya dengan suara berat.
Anda siapa? Aku memasang ancang –ancang siap bila menghadapi
keributan. Saya pemilik buku yang ditemukan oleh
seseorang yang bernama indra dan alamatnya disini, apakah saya bisa ketemu
dengan indra?
Aku terpengarah. Tak menyangka!
Lenyap sudah khayalanku tentang cewek berambut panjang dengan lesung dipipinya.
Betapa jauh beda antara yang tertulis dan yang menuliskannya!