Rabu, 14 Mei 2014

Bahasa indonesia 2

Rahasia DiBalik Catatan

Ada yang masih tersimpan rapi dalam hatiku catatan panjang berisi kenangan tentangmu kukira kan abadi seperti cahaya mentari.
Tulisan itu kutemukan dalam selipan sebuah buku kecil berhiasan gambar “ hello kitty “ di jok belkang taksi. Dari bentuk tulisannya aku menduga, pemiliknya pasti cewek !  Tapi, tak ada nama dan alamatnya, Cuma berisi catatan pendek . Tanpa tanggal dan sepertinya tak pernah selesai .
Dalam lembar pertama, yang terbaca Cuma ungkapan sebuah keputusan yang sepertinya sangat berat dilakukan . aku harus mengakhirinya sebelum luka kian menganga . Hanya itu, Aku sempat menduga –duga apa maksudnya? Tapi, sungguh sulit kumengerti. Kesimpulanku, pemilik buku kecil inni pasti dari Fakultas Sastra ! Lembar kedua cuma berisi satu kata perih !!!
Tentu saja , aku semakin tertarik membacanya dan mecoba menganalisa seperti apa sosok penulisnya. Jiwanya pasti lembut . Rambutnya… pasti panjang tergerai. Hidungnya bengir , ada lesung di pipinya yang halus. Bola matanya jernih. Senyumnya menyejukan dan …. Aah, aku jadi asyik mengkhayalkannya.
Konyol rasanya mengkhayal terlalu jauh begini !Tapi, selalu saja setiap melihat buku kecil itu dan membaca isinya ,aku hanyut dalam khayalan. Terkadang, aku membayangkan rambutnya ikal dipotong pendek tak sampai sebahu, gampang tersinggung, tapi tak berani berterus terang. Sebab , pada halaman yang selanjutnya, dia menulis kalimat penuh rasa marah ! harus ada batas, harus ada yang terbalas mari kita nikmati luka ini bersama agar kau tahu rasa perihnya
Pemilik buku kecil ini pasti sedang menghadapi masalah. Tapi, apa masalah yang di hadapinya? Soal cowoknya yang berkhianat? Soal keluarga yang berantakan karena kurang perhatian? Atau soal … sial ! aku jadi terlibat dalam ungkapan yang ditulisnya dalam buku kecil itu. Bukan hanya itu, aku pun punya kecemasan yang sukar untuk dijabarkan dengan kata-kata, ketika membaca lembar selanjutnya. Barangkali Cuma kematian yang bisa menjawab sebab, segalanya sudah terlambat kau yang memulainya , mungkin itu akan membuatmu bahagia.
Bayangkan ! Dia mulai menyinggung tentang kematian. Betapa putus asanya.Betapa berat beban yang disandangnya. Kalau saja aku tahu nama dan alamat pemiliknya, pasti aku akan segera menemui nya dan membantu menemukan jalan keluar dari persoalan yang di hadapinya. Tapi, sayang… dia tak meninggalkan gambaran yang jelas tentang dirinya. Bagaimana mungkin aku bisa menemukannya?
Aku yakin, saat ini dia butuh seseorang teman bicara dan berdiskusi. Aku juga yakin, aku akan mampu menghiburnya. Minimal menjadi pendengar yang baik bagi semua keluhannya. Yang pasti, catatan dibuku kecil tu menimbulkan kegelisahan dalam diriku. Sebab, semakin kubuka lembaran berikutnya, terasa semakin melibatkan perasaanku. Masih perlukah kata maaf? Masih mungkinkah aku berharap? Dan aku limbung di persimpangan.
Aku membacanya tak cukup sekali. Berusaha mencari artinya, tapi sia-sia. Aku ternyata tak pandai mencerna ungkapan – ungkapan yang mirip puisi itu.  Aku tak pandai dalam hal ini. Aku pun pasti tak bisa menyusun kalimat seperti yang dia ungkapkan, jadi… betapa istimewanya dia!
Andai aku punya cewe seperti dia, sungguh akan banyak kutemukan suasana romantic. Melangkah tepi pantai, menanti datangnya matahari di puncak gunung . menyusuri jalan sambil bergandengan tangan. Ah ! kenapa aku jadi senang berandai andai pada sosok yang belum pernah kutemukan? Namun, aku tak bisa melupakan begitu saja kalimat-kalimat yang dia tuliskan. Banyak yang berkesan dan memaksaku untuk terus membuka halaman – halaman berikunya akankah aku menemukan jalan? Akankah aku kembali pulang? Sementara, luka ini masih meninggalkan perih tak berperi
Aku termangu dengan tangan msih menggenggam   buku kecil itu. Aku butuh seseorang untuk memecahkan misteri ini. Tapi, siapa yang paling tepat aku ajak bertukar pikiran? Rasanya tak ada temanku yang gemar menulis puisi. Tapi ..  bukankah Sakti penggemar buku-buku sastra? Ya, aku ingat sekarang. Sakti orang yang paling tepat untuk kuhubungi. Tanpa berkir dua kali, aku segera bergegas menuju meja telpon, menghubunginya. Kebetulan sakti sendiri yang mengangkatnya.
ada apa ini? Tumben telpon malem? Tanya Sakti.
Elo bisa dateng kesini nggak? Sekarang juga! Ada masalah nih! Gue butuh elo.
 Oke oke gue berangkat sekarang juga.
Gue tunggu ya? Makasih banget.
Tak sabar  rasanya menunggu kedatangan Sakti. Sekitar dua puluh menit kemudian, terdengar suara motor sakti berhenti tepat di depan rumahku. Aku segera menyambut dan langsung mengajaknya masuk ke kamarku. Sakti tampak heran. Tapi, aku tak peduli. Aku segera menyodorkan buku kecil itu. Elo baca dulu setelah itu baru kita bicara kataku sambil menyodorkan buku kecil itu tangannya.
Sakti segera membukanya. Keningnya tampak berkerut. Aku berbaring mengamati keseriusan sakti ketika membaca lembar demi lembar tulisan dibuku itu.
Dimana elo nemuin buku ini? Tanya sakti dengan wajah serius . Ditaksi jawabku. Trus, apa yang bikin elo merasa ini begitu penting samapai telpon segala? Tanya Sakti , gue penasaran dan sulit ngerti, apa masalah yang dihadapinya? Tanyaku binggung.
Cuma itu? Mata sakti penuh selidik, aku menggangguk.  Apa hubungan nya dengan elo? Kenal juga nggak dengan dia, kok pusing – pusing mikirin? Tanya Sakti
Gue sendiri heran kenapa perasaan gue jadi terganggu sejak ngebaca tulisannya Ungkapku. Gue pengen banget ketemu sama pemiliknya. Apa yang harus gue lakuin supaya bisa ketemu sama dia? Aku meminta saran Sakti
Alaaa.. gitu aja pusing, bikin aja surat pembaca dikoran, terus bilang elo nemuin buku ini ditaksi. Siapa kata Sakti ringan. Masuk akal juga. Kenapa aku tak berpikir sampai kesitu ya? Ide yang baik sambutku spontan. Thanks atas saranya
Udah ya? Gue cabut dulu. Ada yang harus gue selesaiin diruma! Sakti langsung keluar dari kamarku dan langsung pulang. Aku segera menulis surat pembaca pada lima media sekaligus. Setelah itu, aku baru merasa lega. Tinggal menunggu tanggapan dari pemilik buku misterius itu. Hamper seminggu, aku menanti si pemilik buku sejak surat yang kukirim ke media di muat. Tapi , tak ada tanggapan. Aku jadi rajin duduk diteras menanti datangnya tukang pos atau seseorang yang aku yakin cewek berambut panjang dengan lesung di pipinya.
Hari ini, seperti biasa sepulang dari sekolah, aku duduk-duduk di teras, menunggu membosankan memang, tapi aku tetap penasaran dan yakin dia akan datang. Entah kapan saat aku melonjorkan kaki, mataku melihat seseorang berdiri di muka pintu pagar. Seseprang cowok berkulit hitam, rambutnya awut-awutan tak terawatt dengan kaos yang warnanya memudar. Dia menyapa permisi ….
Mau tak mau, aku menghampirinya . Cari siapa?  Tanyaku dengan tatapan menyelidik. Dia  memakai anting di telinga kirinya, memakai kalung rantai panjang dan ada tato di tanganya. Saya ingin bertemu dengan indraa….  Katanya dengan suara berat.
Anda siapa? Aku memasang ancang –ancang siap bila menghadapi keributan.   Saya pemilik buku yang ditemukan oleh seseorang yang bernama indra dan alamatnya disini, apakah saya bisa ketemu dengan indra?

Aku terpengarah. Tak menyangka! Lenyap sudah khayalanku tentang cewek berambut panjang dengan lesung dipipinya. Betapa jauh beda antara yang tertulis dan yang menuliskannya!